Abdus Samad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani
1. Asal-Usul dan Latar Belakang
Tempat & Tahun Lahir
Ulama ini lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada sekitar awal abad ke-18 (diperkirakan 1704–1710 M).
Ia wafat sekitar 1788–1790 M, sebagian sumber menyebut wafat di Tanah Suci (Makkah).
Latar Belakang Keluarga
Ayahnya: Syekh Abdullah bin Abdul Qahhar, ulama dari Patani (Thailand Selatan).
Ibunya: perempuan Palembang.
Lingkungan keluarganya sangat religius dan ilmiah—ayahnya guru besar dalam tasawuf dan fiqih—sehingga membentuk karakter keilmuannya sejak kecil.
2.Perjalanan Menuntut Ilmu
Tempat Belajar
Palembang (dasar-dasar ilmu agama)
Aceh (tradisi tasawuf dan fiqih)
Mekah dan Madinah – tempat beliau menetap bertahun-tahun dan menjadi ulama besar.
Guru-Guru Terkenal
Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman (Pendiri Tarekat Sammaniyah)
Syekh Ibrahim al-Kurani
Ulama-ulama Haramain abad ke-18
Tantangan Zaman
Perjalanan jauh dengan kapal (berbulan-bulan)
Konflik dan gejolak politik kolonial di Nusantara
Keterbatasan akses kitab dan jaringan keilmuan bagi ulama Melayu
3.Karya Intelektual
Beberapa karya pentingnya:
a. Hidayatus Salikin
Ringkasannya dari Ihya’ Ulumuddin Imam al-Ghazali.
Membahas akhlak, tasawuf, tazkiyatun nafs.
Sangat berpengaruh di pesantren Nusantara hingga sekarang.
b. Sairus Salikin
Empat jilid kitab tasawuf yang menjelaskan cara-cara membersihkan hati.
Menjadi rujukan utama tasawuf di dunia Melayu.
c. Nasihatul Muslimin
Berisi tazkirah (peringatan) moral umat.
Pengaruh Global
Karya-karyanya menjadi jembatan antara tradisi ilmu Haramain dan dunia Melayu, menjadikannya tokoh penting dalam penyebaran tasawuf sunni ala al-Ghazali.
4.Peran dan Kontribusi Global
Bidang Keilmuan
Tasawuf
Tarekat Sammaniyah
Dakwah
Fiqih
Wilayah Pengaruh
Palembang
Aceh
Patani
Mekah
Madinah
Ia dikenal di dunia Islam sebagai bagian dari ulama Jawi (ulama Nusantara) yang menetap di Haramain.
5.Murid dan Jaringan Keilmuan
Beberapa ulama yang menjadi bagian dari jaringan keilmuannya:
Ulama-ulama Patani yang melanjutkan Tarekat Sammaniyah
Jaringan murid di Aceh dan Palembang
Tokoh-tokoh spiritual dalam gerakan anti-kolonial abad ke-18
Meskipun nama muridnya tidak selalu terdokumentasi rinci, pengaruhnya sangat kuat melalui karya & tarekatnya.
6. Perjuangan dan Keteguhan Iman
Ia menulis risalah berisi seruan jihad melawan penjajahan Belanda di Nusantara.
Ia mendukung perjuangan Kesultanan Palembang dan para ulama Aceh dalam melawan kolonial.
Keteguhan imannya tampak dari keberaniannya mengkritik ketidakadilan dan menggerakkan umat untuk memperbaiki diri.
7. Nilai-Nilai Keteladanan
Nilai moral yang sangat menonjol darinya:
Semangat menuntut ilmu hingga ke luar negeri
Kesederhanaan dan kerendahan hati
Cinta tanah air, meski tinggal di Haramain ia tetap memikirkan Nusantara
Keteguhan spiritualk
etekunan menulis dan mengajar
8.Relevansi untuk Generasi Sekarang
Nilai-nilai beliau bisa diterapkan oleh remaja masa kini:
Belajar dengan tekun meski banyak tantangan atau distraksi digital.
Menjaga akhlak dan kesehatan spiritual di tengah dunia modern.
Bangga pada identitas bangsa sambil tetap berwawasan global.
Tidak mudah menyerah, seperti beliau yang menempuh perjalanan jauh demi ilmu.
9.nspirasi Pribadi
Pertanyaan yang ingin saya tanyakan:
"Bagaimana cara menjaga hati tetap ikhlas dan bersih di zaman penuh godaan seperti sekarang?"
Alasan:
Karena ketulusan dan kejernihan hati menjadi fondasi utama seorang muslim dalam belajar, bekerja, dan bermasyarakat—dan beliau adalah ahli dalam ilmu hati
10. Karya Kreatif Kelompok — Puisi Pendek
“Jejak di Tanah Jawi”
Di tanah Jawi lahir seorang bijak,
Meniti ilmu hingga ke Haramain yang jauh.
Hatinya bening seperti telaga,
Ilmunya mengalir menyejukkan jiwa.
Bukan pedang yang ia hunus,
Tapi kata-kata yang menyalakan cahaya.
Ia pulang membawa suluh,
Menerangi bangsa yang merindu merdeka.
Wahai Palimbani, guru umat,
Semangatmu tetap hidup di dada kami.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!