Ayah kau adalah pintu surgaku

Ayah kau adalah pintu surgaku

Sejak aku kecil, Ayah dan Ibu selalu mengajarkanku bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu, dan ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Ajaran ini tertanam kuat dalam diriku, membentuk keyakinan bahwa kebahagiaan dan kesuksesanku berakar dari restu mereka. Mereka bukan sekadar orang tua biologis, melainkan pilar kehidupan yang menopang setiap langkahku dengan cinta dan pengorbanan tanpa batas.

Ayah, dengan keringat yang tak pernah kering di dahinya, bekerja keras di bawah terik matahari untuk memastikan kebutuhan kami terpenuhi. Wajahnya yang lelah setelah seharian membanting tulang tak pernah menghalanginya untuk tersenyum dan menanyakan kabarku. Beliau mengajarkanku arti ketekunan, tanggung jawab, dan kekuatan seorang pemimpin keluarga yang rela mengorbankan segalanya demi masa depan anak-anaknya.

Di sisi lain, Ibu adalah kehangatan rumah kami, sosok yang penuh kasih sayang dan kesabaran. Dari rahimnya aku dilahirkan dalam keadaan lemah yang bertambah, dan dengan sabar ia menyusuiku selama kurang lebih dua tahun, merawatku tanpa lelah. Tangannya yang lembut selalu siap membelai saat aku sakit atau sedih, dan nasihatnya yang bijak menjadi kompas moral dalam kehidupanku. Ibu mengajarkanku empati, kelembutan, dan makna pengorbanan seorang ibu.

Masa remajaku penuh dengan kenakalan dan pencarian jati diri, sering kali membuat mereka khawatir dan terluka. Namun, mereka tidak pernah menyerah. Mereka sabar menasihatiku, memaafkan setiap kesalahan, dan membimbingku kembali ke jalan yang benar. Pengampunan tanpa syarat mereka menyadarkanku betapa besar cinta yang mereka miliki, sebuah cinta yang lebih murni dari apa pun di dunia ini.

Kini, setelah aku dewasa dan memiliki karier yang mapan, aku berusaha membalas budi mereka, meski kusadari takkan pernah bisa sepadan dengan jasa-jasa mereka. Aku memastikan mereka hidup nyaman, memberikan hadiah, dan meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk bersama mereka. Setiap keberhasilanku adalah buah dari doa dan dukungan tak henti-henti dari mereka berdua.

Malam ini, saat kulihat wajah Ayah dan Ibu yang mulai dipenuhi kerutan dan rambut memutih, hatiku terenyuh. Waktu telah merenggut kemudaan mereka, tetapi tidak dengan semangat dan cinta mereka kepadaku. Aku berjanji dalam hati untuk selalu menjaga dan merawat mereka di masa tua mereka, sebagaimana mereka menjagaku di masa kecilku.

Bagi diriku, orang tuaku adalah representasi nyata dari surga di dunia. Berbakti kepada mereka bukan sekadar kewajiban, melainkan jalan pintas untuk mendapatkan ridha Allah dan kebahagiaan abadi. Doaku selalu menyertai mereka, memohon agar Allah SWT menempatkan mereka di tempat terbaik di sisi-Nya kelak.

Berita Popular

Advertisement