Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta timuhu wa nastaghfiruhu wa na uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a 'maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadıyalahu
Azyhadu Allah ilaaha illallah Wa asyhaduanna muhammadur rasulullah
Allahumma shalli alaa muhammad wa alihi wa ashabihi waman tabi 'ahum bi ihsanin ilaa yaumiddin
Yaa ayyuhalladzii na 'amanuttaqullah haqqo tuqootihi walaa tamu tunna ilaa wa antum muslimun
Hadirin jama’ah Jumat yang berbahagia,
Dengan mengucap Alhamdulillah, kita bersyukur ke hadhirat Alloh subhanahu wata’ala atas segala
karuniaNya. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang mulia, Nabi
Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallam, begitu juga kepada para sahabat dan keluarganya. Marilah
kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Alloh subhanahu wata’ala, agar dihadapannya kita
dapat meraih derajat yang mulia.
Kaum muslimin sidang jumat, rohimakumullah,
Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al Quran supaya menjadi petunjuk bagi manusia agar ia bisa
mengambil pelajaran darinya.
Di antara petunjuk yang Allah berikan di dalam Al Quran adalah tentang “hakikat kehidupan dunia”.
Di dalam Surat Ghaafir : 39, Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌۖ وَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ ٣٩
yâ qaumi innamâ hâdzihil-ḫayâtud-dun-yâ matâ‘uw wa innal-âkhirata hiya dârul-qarâr
Artinya : Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Kaum muslimin sidang jumat, rohimakumullah,
Ayat tersebut menjelaskan tentang hakikat kehidupan dunia yang sementara, dan sesungguhnya
akhirat adalah kehidupan yang abadi. Kata dunia sendiri didalam kitab lisaanul ‘Arab, memiliki arti
rendah dan bersifat sementara. Dengan demikian kehidupan dunia adalah kehidupan yang rendah
dan sementara jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal tanpa ada akhirnya. Allah
subhanahu wata’ala memberikan gambaran kepada kita tentang kehidupan dunia seperti air hujan
yang menyuburkan tumbuhan sampai jangka waktu tertentu, dan akhirnya tumbuhan itu menjadi
kering dan mati, sebagaimana Allah jelaskan di dalam surat Yunus : 24
اِنَّمَا مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْاَنْعَامُۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ. ٢٤
innamâ matsalul-ḫayâtid-dun-yâ kamâ'in anzalnâhu minas-samâ'i fakhtalatha bihî nabâtul-ardli mimmâ ya'kulun-nâsu wal-an‘âm, ḫattâ idzâ akhadzatil-ardlu zukhrufahâ wazzayyanat wa dhanna ahluhâ annahum qâdirûna ‘alaihâ atâhâ amrunâ lailan au nahâran fa ja‘alnâhâ ḫashîdang ka'al lam taghna bil-ams, kadzâlika nufashshilul-âyâti liqaumiy yatafakkarûn
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan
dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada
yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya,
dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang
berfikir.” (Q.S. Yunus : 24
Dikisahkan pada suatu waktu, Rosululloh memegang pundak Abdullah bin Umar Beliau berpesan,
"Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan
(musafir)" Abdullah menyimak dengan khidmat pesan itu dan memberikan nasihat kepada
sahabatnya yang lain, "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menanti
datangnya pagi. Sebaliknya, bila engkau berada dipagi hari, janganlah engkau menanti datangnya
sore. Ambillah (manfaatkanlah) waktu sehatmu sebelum engkau terbaring sakit, dan gunakanlah
masa hidupmu untuk beramal sebelum datangnya kematianmu" (HR. Bukhari)
Hadirin jama’ah jumat yang berbahagia,
Demikian khutbah singkat ini, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang telah
disampaikan sehingga kita semakin memahami hakikat kehidupan dunia.
Wallohu a’laam bisshowab.
barakallahu lii wa lakum fill qur'aanil azhiim wa nafa'nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Khutbah 2
Innal-hamda lillāhi, nahmaduhu wa nasta'īnu-hu wa nastaghfiruhu, wa na'ūdzu billāhi min syurūri anfusinā wa min sayyi'āti a'mālinā. Man yahdihillāhu fa lā mudhilla lah, wa man yudhlil fa lā hādiya lah.
Asyhadu allā ilāha illallāhu wahdahu lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasūluh. Shallallāhu 'alā nabiyyinā Muhammad wa 'alā ālihi wa ash-hābihi wa sallama taslīman katsīrā.
Allāhumma-ghfir lil-muslimīna wal-muslimāt, wal-mu'minīna wal-mu'mināt, al-ahyā'i minhum wal-amwāt, innaka samī'un qarīb. Allāhumma arinā al-haqqa haqqan warzuqnā ittibā'ah, wa arinā al-bāthila bāthilan warzuqnā ijtinābah. Rabbana ātinā fid-dunyā hasanah, wa fil-ākhirati hasanah, wa qinā 'adhāban-nār. Rabbana hablana min azwājinā wa dhurriyyātinā qurrata a'yun, waj'alnā lil-muttaqīna imāmā. Subhāna rabbika rabbil-'izzati 'ammā yasifūn, wa salāmun 'alal-mursalīn, wal-hamdu lillāhi rabbil-'ālamīn.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!