Profil Ulama : Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati al-Makasari
1. Asal Usul dan Latar Belakang
Syaikh Yusuf al-Makasari lahir pada tanggal 3 Juli 1626 M (atau 12 Zulqa'dah 1036 H) di Moncong Loe, Kerajaan Gowa (sekarang Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan). Beliau wafat dalam hangus pada tanggal 23 Mei 1699 M (atau 12 Zulhijjah 1111 H) di Cape Town, Afrika Selatan, dan dimakamkan di sana. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Lakiung, Gowa, pada tahun 1705.
Lingkungan keluarganya sangat berpengaruh terhadap perjalanan ilmunya. Beliau adalah anak dari pasangan bangsawan Gowa, Abdullah (seorang pemimpin lokal) dan Datu Patinggi (putri dari bangsawan setempat). Sejak kecil, beliau telah dididik dalam lingkungan istana yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kesopanan, serta tradisi intelektual yang kuat. Latar belakang bangsawan ini memberikan akses ke pendidikan terbaik dan jaringan yang luas, sekaligus menanamkan tanggung jawab untuk memimpin dan melayani rakyatnya.
2. Perjalanan Menuntut Ilmu
Syaikh Yusuf adalah seorang pencinta ilmu sejati. Perjalanan intelektualnya dimulai dari tanah kelahirannya, kemudian melanglang buana ke berbagai pusat ilmu di Nusantara dan Timur Tengah.
· Tempat Belajar dan Guru-Gurunya:
1. Gowa dan Bontoala: Berguru kepada Syaikh Jalaluddin al-Aidit, seorang ulama dari Aceh.
2. Cikoang, Sulawesi: Belajar Tarekat Syattariyah.
3. Banten dan Aceh: Di Aceh, ia berguru kepada Syaikh Nuruddin ar-Raniri, mufti Kesultanan Aceh yang terkenal.
4. Yaman: Berguru kepada Syaikh Abdullah Muhammad bin Abd al-Baqi al-Mizjaji dan mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah serta Syattariyah.
5. Mekah dan Madinah: Di dua kota suci ini, ia berguru kepada ulama-ulama terkemuka, seperti Syaikh Abu Abdillah Muhammad Abd al-Baqi al-Mizjaji, Ahmad al-Qusyasyi (guru utama Tarekat Khalwatiyah), dan Ibrahim al-Kurani. Dari situ ia mendapat ijazah (izin untuk mengajar) Tarekat Khalwatiyah, yang kemudian ia sebarkan di Nusantara.
· Tantangan Terbesar: Tantangan terbesar pada zamannya adalah jarak dan waktu perjalanan yang sangat lama dan berbahaya untuk menuju ke Timur Tengah. Selain itu, situasi politik di beberapa daerah yang tidak stabil juga menjadi tantangan. Namun, semangatnya yang membara untuk menuntut ilmu mengatasi semua tantangan tersebut.
3. Karya Intelektual
Syaikh Yusuf adalah seorang penulis yang produktif. Karyanya sebagian besar dalam bahasa Arab dan Melayu, mencakup bidang tasawuf, fiqih, dan tauhid.
· Karya Penting:
1. Zubdat al-Asrār fi Tahqīq ba'd Masyārib al-Akhyār: "Permata Rahasia" yang membahas tentang tasawuf dan perjalanan spiritual menuju Allah. Ini adalah karya yang paling terkenal.
2. Al-Barakat al-Sailaniyyah : Membahas tentang rahmat dan cara mendekatkan diri kepada Allah.
3. Al-Fawaih al-Yusufiyyah : Penjelasan tentang ilmu tauhid.
4. Tuhfat al-Amr bi al-Nahi ‘an al-Munkar: "Hadiah tentang Perintah Amar Ma'ruf Nahi Munkar," yang mencerminkan semangat perjuangannya melawan kemunkaran (dalam hal ini, penjajahan).
· Pengaruh: Karyanya, terutama di bidang tasawuf, menjadi rujukan penting bagi pengembangan tarekat Khalwatiyah di Nusantara. Tulisannya menyebarkan pemahaman tasawuf yang moderat, yang menekankan keseimbangan antara syariat (hukum) dan hakikat (esensi spiritual).
4. Peran dan Kontribusi Global
Syaikh Yusuf dikenal di dunia internasional dalam tiga bidang utama:
1. Tasawuf dan Dakwah: Sebagai Mursyid Tarekat Khalwatiyah, ia berhasil menyebarkan ajaran tasawuf yang terstruktur dan membangun jaringan murid yang luas.
2. Politik dan Perlawanan terhadap Penjajahan: Ia adalah pejuang yang gigih melawan penjajahan Belanda (VOC). Ia adalah penasihat spiritual dan panglima perang Sultan Ageng Tirtayasa di Kesultanan Banten.
3. Pendidikan: Ia mendirikan pusat-pusat pendidikan (pesantren) di berbagai tempat, termasuk di Banten dan Sulawesi.
Negara tempat perjuangannya:
· Indonesia: Gowa, Banten.
· Sri Lanka (Ceylon): Tempat pengasingan pertamanya.
· Afrika Selatan: Tempat pengasingan terakhirnya, di mana ia menjadi "leluhur spiritual" bagi muslim Cape Malay dan diakui sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan oleh Nelson Mandela.
5. Murid dan Jaringan Keilmuan
Jaringan keilmuan Syaikh Yusuf sangat luas. Murid-muridnya kemudian menjadi tokoh-tokoh penting, di antaranya:
· Pangeran Dipanagara: Tokoh sentral Perang Jawa (1825-1830). Semangat perlawanannya banyak diinspirasi oleh Syaikh Yusuf.
· Syekh Abdurrauf as-Singkili (Singkil): Ulama besar Aceh yang juga murid dari guru yang sama di Madinah.
· Sultan Abdul Jalil (cucunya), yang meneruskan perjuangan melawan VOC di Sulawesi.
· Para pengikutnya di Afrika Selatan yang menjadi cikal bakal komunitas Muslim Cape Malay.
6. Perjuangan dan Keteguhan Iman
· Bentuk Perjuangan: Perjuangannya bukan hanya di medan pemikiran, tetapi juga di medan perang. Ia secara aktif memimpin dan mengobarkan semangat jihad melawan VOC di Banten dan Gowa. Ketika ditangkap, ia tidak menyerah dan justru menjadikan pengasingannya sebagai medan dakwah baru.
· Keberanian Berdakwah: Keberaniannya tampak dari konsistensinya menentang ketidakadilan, meski harus berhadapan dengan kekuatan penjajah yang superior. Di pengasingan, ia tetap teguh menyebarkan Islam, menunjukkan bahwa fisik boleh terbelenggu, tetapi semangat dan suara kebenaran tidak pernah bisa dipenjara.
7. Nilai-Nilai Keteladanan
Nilai-nilai yang paling menonjol adalah:
· Semangat Belajar Tak Kenal Lelah: Dari Gowa hingga ke Tanah Suci, ia menunjukkan komitmen seumur hidup untuk menuntut ilmu.
· Cinta Tanah Air dan Bangsa: Perjuangannya melawan penjajah adalah wujud nyata dari cintanya pada bangsa dan agama.
· Integritas dan Keteguhan Hati: Ia menolak tawaran kompromi dari VOC dan memilih diasingkan daripada menyerah.
· Pemberani dan Visioner: Ia melihat perjuangan melawan penjajah sebagai bagian dari jihad, dan dakwahnya berdampak global.
8. Relevansi untuk Generasi Sekarang
Nilai-nilai Syaikh Yusuf sangat relevan untuk remaja masa kini:
· Semangat Belajar: Dalam era informasi, semangat untuk mencari ilmu yang benar dan mendalam sangat diperlukan untuk menghindari hoaks dan pemikiran yang dangkal.
· Prinsip Keteguhan: Di tengah tekanan pergaulan dan gaya hidup, remaja perlu meneladani keteguhannya dalam memegang prinsip kebenaran dan moralitas.
· Cinta Tanah Air: Dapat diwujudkan dengan memberikan kontribusi positif bagi bangsa, misalnya dengan prestasi akademik, seni, atau olahraga, serta menjaga persatuan.
· Optimisme dan Kreativitas: Seperti Syaikh Yusuf yang berhasil berdakwah di tanah bergengsi, remaja harus kreatif dan optimis dalam menghadapi tantangan, misalnya menggunakan media sosial untuk hal-hal yang positif.
9. Inspirasi Pribadi
Pertanyaan yang ingin saya tanyakan:
“Wahai Syaikh Yusuf,di tengah mengunduh yang penuh penderitaan, dari situ Engkau menggali sumber kekuatan dan harapan untuk tetap tegar berdakwah dan tidak pernah putus asa?”
Alasan: Pertanyaan ini penting karena sebagai remaja, saya sering dihadapkan pada masalah-masalah kecil yang terkadang membuat saya merasa putus asa dan kehilangan motivasi. Mendengar jawaban langsung dari seorang yang diasingkan jauh dari tanah airnya, namun tetap produktif, akan memberikan perspektif yang sangat dalam tentang arti ketahanan mental (resilience) dan keyakinan (tawakal) yang sesungguhnya.
10. Karya Kreatif Kelompok
Puisi Pendek: "Sang Pelita di Dua Benua"
Dari pesisir Gowa, sang bintang berpijar,
Menyeberang lautan, menuntut ilmu tanpa lelah.
Di Banten, ia mengepalkan pedang dan kalbu,
Melawan lara penjajah, dengan iman yang membaju.
Dirantai, diasingkan, ke tanah yang asing,
Tapi lisannya tak berhenti, menyebut Nama Ilahi.
Di Cape Town, ia menanam benih keadaban,
Menjadi pelita, bagi Nusantara dan Afrika.
Wahai Syaikh Yusuf, sang guru pejuang,
Semangatmu abadi, dalam setiap langkah kami.
Tak perlu rintangan, gapai ilmu setinggi bintang,
Berkarya untuk negeri, dengan hati yang bersih dan berani.
---

Komentar
Tuliskan Komentar Anda!