1. Asal-Usul dan Latar Belakang
Syekh Nawawi al-Bantani lahir di Desa Tanara, Banten, sekitar tahun 1813–1815 M.
Beliau berasal dari keluarga ulama: ayahnya KH Umar bin Arabi adalah penghulu dan guru agama, ibunya Nyai Zubaidah dikenal sangat religius.
Lingkungan keluarga yang religius membuat beliau terbiasa belajar Al-Qur’an, fikih, dan akhlak sejak kecil, sehingga membentuk dasar keilmuan yang kuat.
Beliau wafat di Mekah tahun 1897 M, dan dimakamkan di Ma'la.
2. Perjalanan Menuntut Ilmu
Sejak kecil belajar di Banten dan Jawa Barat, lalu usia remaja berangkat ke Mekah untuk haji dan belajar.
Guru-gurunya yang terkenal:
Syekh Ahmad Khatib Sambas
Syekh Ahmad Zaini Dahlan (Mufti Syafi’i di Mekah)
Syekh Umar al-Tijani
Ulama Nusantara lainnya di Tanah Suci
Tantangan di zamannya:
Perjalanan jauh dari Indonesia ke Arab membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Minim biaya, kehidupan yang sederhana.
Tidak ada fasilitas modern; belajar harus sangat disiplin dan mandiri.
Situasi kolonial di Indonesia membuat pendidikan agama terbatas.
3. Karya Intelektual
Syekh Nawawi menulis lebih dari 100 kitab. Beberapa karya penting:
• Mir’āh al-Labīd (Tafsir)
• Nashā’ih al-‘Ibād (Akhlak & Tasawuf)
• Nihāyah az-Zain (Fikih Syafi’i)
• Uqud al-Lujjain (Hak Suami Istri)
4. Peran dan Kontribusi Global
Diakui sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz (pemimpin ulama di Mekah).
Mengajar di Masjidil Haram, salah satu posisi tertinggi dalam dunia Islam.
Kontribusinya terbesar dalam fikih, tafsir, tasawuf, dan pendidikan.
Karyanya dipelajari di Mesir, Mekkah, Suriah, hingga Asia Tenggara.
Negara tempat perjuangannya:
Indonesia (Banten)
Arab Saudi (Mekah)
Mesir
Syam (Suriah), sebagai tempat beliau pernah belajar
5. Murid dan Jaringan Keilmuan
Murid-muridnya menjadi tokoh besar Indonesia:
KH Hasyim Asy’ari – Pendiri Nahdlatul Ulama
KH Ahmad Dahlan – Pendiri Muhammadiyah
KH Kholil Bangkalan
Ulama Nusantara lainnya yang menjadi pendiri pesantren besar
Jaringannya membuat pemikiran beliau menyebar luas ke seluruh Indonesia.
6. Perjuangan dan Keteguhan Iman
Tetap mengajarkan ilmu di Mekah ketika Indonesia dijajah, sebagai bentuk perjuangan mencetak ulama yang kembali ke tanah air.
Teguh mempertahankan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah di tengah banyaknya perdebatan pemikiran saat itu.
Berani berdakwah dan menulis kitab meski kondisi politik penuh tekanan.
Hidup sederhana, mengajar tanpa pamrih, dan terus menulis sampai akhir hayat.
7. Nilai-Nilai Keteladanan
Nilai paling menonjol dari beliau:
- Kerja keras (menulis >100 kitab)
- Semangat belajar tanpa batas
- Rendah hati meski jadi ulama besar
- Kesederhanaan & kezuhudan
- Cinta ilmu dan pendidikan
Cinta tanah air walau tinggal jauh
Moderasi & toleransi dalam beragama
8. Relevansi untuk Generasi Sekarang
Nilai-nilai beliau bisa diterapkan oleh remaja hari ini:
- Tekun belajar meski sulit
- Tidak mudah menyerah terhadap tantangan
- Mencari ilmu dari banyak sumber
- Menghormati guru
- Bijak dalam beragama dan bersosial media
- Menjaga akhlak, sopan santun, dan integritas
Produktif dan kreatif seperti beliau yang banyak berkarya
9. Inspirasi Pribadi
Pertanyaan yang ingin aku tanyakan:
"Bagaimana caranya tetap ikhlas dan semangat belajar meskipun banyak cobaan?"
Alasannya:
Karena sebagai remaja, sering merasa lelah, tidak percaya diri, atau mudah putus asa. Nasihat beliau pasti sangat berarti untuk menjaga motivasi hidup dan belajar.
10. Karya Kreatif Kelompok
Puisi Pendek
Dari Tanara kau melangkah jauh,
Menjemput ilmu dalam sujud yang teduh.
Kau ajarkan kami bahwa jiwa yang ikhlas,
Akan menjadi cahaya yang tak pernah lepas.
Wahai ulama yang hatinya bening,
Karyamu abadi, tak lapuk dimakan angin.
Dari Mekah kau menerangi Nusantara,
Ilmumu hidup selamanya.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!