Muhammad Sholeh bin Umar

Muhammad Sholeh bin Umar

1. Asal-Usul dan Latar Belakang

Nama lengkap: Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani

Lahir: sekitar 1820 di Tremas, Pacitan, atau di daerah Jepara–Semarang menurut beberapa riwayat (paling masyhur: Semarang).

Wafat: 1903 (1321 H) di Semarang, Jawa Tengah.

Lingkungan keluarga:

Ayahnya, Kiai Umar, adalah ulama dan pejuang yang ikut dalam perlawanan Diponegoro. Lingkungan keluarga yang religius, santri, dan patriotik inilah yang membentuk karakter Sholeh Darat menjadi ulama yang cinta ilmu sekaligus cinta tanah air.

2. Perjalanan Menuntut Ilmu

Tempat belajar:

Pesantren lokal di Jawa Tengah.

Pesantren Tegalsari (Ponorogo).

Pesantren Termas (Pacitan).

Makkah selama bertahun-tahun.

Guru-gurunya yang terkenal:

Syekh Ahmad Khatib Sambas (guru tarekat besar).

Syekh Muhammad Khatib al-Minangkabawi.

Syekh Abd al-Ghani Bima.

Ulama-ulama Nusantara di Haramain.

Tantangan zaman:

Situasi politik Hindia Belanda yang keras terhadap gerakan keagamaan.

Keterbatasan akses pendidikan di Nusantara.

Perjalanan laut yang panjang dan berbahaya untuk belajar ke Makkah.

3. Karya Intelektual

K.H. Sholeh Darat dikenal produktif. Karya-karyanya ditulis dalam aksara Pegon agar mudah dipahami rakyat Jawa.

Karya pentingnya:

1. Faidh al-Rahman

Tafsir Al-Qur’an berbahasa Jawa-Pegon.

Pengaruh: Membuat masyarakat Jawa untuk pertama kalinya dapat memahami Al-Qur’an dalam bahasa mereka.

2. Hidâyat al-Sâlikîn

Ringkasan kitab tasawuf Iḥyâ’ ‘Ulūm al-Dîn al-Ghazali.

Pengaruh: Menjadi panduan etika, akhlak, dan spiritual santri Nusantara.

3. Minhaj al-Atqiyā’

Bahasan tentang akhlak dan pembersihan hati.

4. Syarah al-Hikam

Syarah atas kitab Al-Hikam Ibn ‘Athaillah.

5. Kitab Majmu’ah al-Syari’ah

Pembahasan fikih praktis.

4. Peran dan Kontribusi Global

Bidang yang dikenal secara internasional:

Tafsir, fikih, dan tasawuf.

Tempat perjuangan:

Indonesia (Jawa Tengah) sebagai pusat dakwah.

Makkah, tempat beliau menuntut ilmu dan bersahabat dengan ulama dunia.

Jaringannya meluas hingga Haramain, Hadramaut, dan Mesir melalui murid-muridnya.

5. Murid dan Jaringan Keilmuan

Murid-murid beliau banyak yang menjadi tokoh besar Nusantara, antara lain:

KH Hasyim Asy’ari – Pendiri NU.

KH Ahmad Dahlan – Pendiri Muhammadiyah.

KH Bisri Musthofa – Ulama besar Rembang.

Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) – Tokoh perempuan Muhammadiyah, mendapat pencerahan saat belajar tafsir Faid al-Rahman.

Banyak ulama Jawa lainnya menjadi bagian jaringan keilmuannya.

6. Perjuangan dan Keteguhan Iman

Beliau menolak keras penjajahan Belanda melalui dakwah yang membangkitkan kesadaran umat.

Walau tidak angkat senjata, karya dan dakwahnya menjadi bentuk perlawanan intelektual, membangkitkan semangat rakyat.

Tetap berdakwah dalam bahasa Jawa-Pegon meski diawasi kolonial karena dianggap “membodohi rakyat agar melawan”.

7. Nilai-Nilai Keteladanan

Nilai moral yang menonjol dari Kiai Sholeh Darat:

Kerja keras dan istiqamah dalam menulis dan mengajar.

Kerendahan hati meski menjadi rujukan ulama besar.

Keberanian intelektual, menerjemahkan Al-Qur’an ke Pegon demi masyarakat Jawa.

Cinta tanah air, menolak kolonialisme.

Semangat mencerdaskan rakyat, terutama kaum awam.

8. Relevansi untuk Generasi Sekarang

Nilai-nilai beliau dapat diterapkan oleh remaja masa kini melalui:

Semangat belajar tanpa lelah, meski banyak tantangan.

Menggunakan ilmu untuk membantu orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri.

Menghargai budaya sendiri, seperti beliau menggunakan bahasa Jawa-Pegon.

Berani berkata benar, tetapi tetap santun.

Cinta tanah air dengan berkontribusi positif bagi masyarakat.

9. Inspirasi Pribadi

Pertanyaan jika bisa bertemu beliau:

“Kiai, bagaimana cara menjaga hati agar tetap ikhlas dalam belajar dan berjuang membantu orang lain?”

Alasan:

Ikhlas adalah fondasi ilmu dan amal. Banyak orang berilmu, tetapi tidak semuanya mampu menjaga niat dan akhlaknya. Menanyakan hal ini akan memberi pedoman hidup yang sangat berharga.

10. Karya Kreatif (Puisi Singkat)

Puisi: “Cahaya dari Darat”

Di tanah Jawa kau menyalakan suluh,

Ilmu kau sebarkan tanpa keluh.

Dari Pego

n lahir pencerahan,

Dari hatimu mengalir keteladanan.

Kiai Sholeh, guru umat sepanjang masa,

Cahayamu tetap hidup

di tiap santri yang mencinta ilmu dan bangsa.

Berita Popular

Advertisement