syaikh abdurauf bin Ali Al-singkili

syaikh abdurauf bin Ali Al-singkili

1. Syekh Abdurrauf bin Ali al-Singkili lahir di Singkil, Aceh sekitar tahun 1615 M dan wafat di Banda Aceh pada tahun 1693 M. Ia berasal dari keluarga ulama yang religius dan disegani di daerahnya. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan lingkungan yang penuh nilai keislaman, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang cinta ilmu dan berakhlak baik.

2. Ia menuntut ilmu di Aceh sebelum melanjutkan perjalanan panjang ke Mekkah dan Madinah selama kurang lebih 19 tahun. Di sana, ia belajar kepada banyak ulama besar, seperti Syekh Ahmad al-Qusyasyi dan Syekh Ibrahim al-Kurani. Tantangan yang dihadapi pada masa itu adalah jarak perjalanan yang sangat jauh, kondisi politik Aceh yang tidak stabil, serta keterbatasan fasilitas belajar. Namun semangat dan ketekunannya membuatnya berhasil menjadi ulama besar.

3. Karya terkenalnya adalah Tafsir Turjuman al-Mustafid, yaitu tafsir Al-Qur’an pertama dalam bahasa Melayu. Tafsir ini mempermudah masyarakat memahami isi Al-Qur’an tanpa harus menguasai bahasa Arab. Selain itu, ia juga menulis beberapa kitab tentang tasawuf dan fiqih. Karya-karyanya berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Nusantara, terutama dalam pendidikan dan pemikiran keislaman.

4. Syekh Abdurrauf dikenal luas dalam bidang tasawuf, fiqih, dan tafsir. Ia berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam di Aceh dan kawasan Nusantara. Ia juga memiliki hubungan keilmuan dengan ulama di Mekkah, Madinah, dan Yaman. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai mufti kerajaan Aceh, memberi fatwa dan bimbingan keagamaan bagi rakyat serta penguasa.

5. Murid-murid terkenalnya antara lain Syekh Burhanuddin Ulakan dari Minangkabau dan Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan, Tasikmalaya. Keduanya menjadi penyebar Islam di daerah masing-masing dan melanjutkan ajaran tasawuf dari gurunya. Melalui mereka, pengaruh keilmuan Syekh Abdurrauf menyebar luas di seluruh Nusantara.

6. Dalam masa penjajahan, Syekh Abdurrauf berjuang melalui pendidikan dan dakwah. Ia memperkuat pemahaman agama masyarakat agar tidak mudah terpengaruh penjajah. Ia menolak campur tangan Belanda dalam urusan agama dan tetap tegas menegakkan hukum Islam. Sikap berani dan keteguhannya menjadikannya panutan umat Islam.

7. Nilai keteladanan yang menonjol darinya adalah rendah hati, sabar, tekun menuntut ilmu, serta cinta tanah air. Ia menunjukkan bahwa kekuatan ilmu dan akhlak mulia dapat menjadi senjata utama dalam menghadapi tantangan zaman.

8. Bagi generasi muda masa kini, nilai perjuangan dan semangat belajar Syekh Abdurrauf sangat relevan. Remaja harus meneladani kedisiplinannya dalam mencari ilmu, menjaga moral di era modern, serta mencintai bangsa dengan cara berkontribusi positif bagi masyarakat.

9. Pertanyaan: “Bagaimana cara menjaga semangat belajar di tengah banyak godaan teknologi dan kemalasan diri?” Pertanyaan ini penting karena banyak remaja saat ini kehilangan fokus dalam belajar, sedangkan Syekh Abdurrauf mampu menjaga semangatnya di tengah keterbatasan zaman.

10. “Dari Singkil ke Tanah Suci, ilmu kau bawa kembali.

Tinta dan doa kau jadikan bukti,

Mengajar umat tanpa henti,

Wahai Abdurrauf sang ulama sejati,

Cahaya ilmunu tak pernah mati.”

Berita Popular

Advertisement