ULAMA HAMZAH AL-FANSURI

ULAMA HAMZAH AL-FANSURI

1.ASAL USUL DAN LATAR BELAKANG

Tempat & Tahun Lahir

Hamzah Fansuri lahir pada abad ke-16, kemungkinan besar di Fansur/Barus, Sumatra Utara, sebuah pelabuhan kosmopolitan yang ramai oleh pedagang Arab, Persia, India, dan Melayu.

Tempat & Tahun Wafat

Ia dijangka wafat pada awal abad ke-17 (1607–1620 M), kemungkinan di Aceh. Catatan pasti tidak ditemui kerana minimanya sumber sejarah.

Lingkungan Keluarga & Pengaruhnya

Diduga berasal dari keluarga pedagang/pelaut, sehingga ia biasa melakukan perjalanan ke Arab, Parsi, India, dan wilayah Nusantara.

Tumbuh di pelabuhan antarabangsa yang menjadi pusat perdagangan dan pertemuan budaya, memudahkannya bertemu ulama dan sufi mancanegara.

Terpengaruh kuat oleh tasawuf Timur Tengah, terutama Ibn Arabi dan Al-Jili.

Kemudian hidup di Aceh, pusat intelektual pada masa Sultan Iskandar Muda, yang mendorongnya menulis dan menyebarkan ajaran tasawuf dalam bahasa Melayu.

2. PERJALANAN MENUNTUT ILMU AL-FANSURI

Tempat-tempat ia belajar

Hamzah Fansuri dikenali sebagai sufi yang banyak melakukan perjalanan. Ia belajar di berbagai pusat ilmu dunia Islam, antara lain:

Aceh – pusat ilmu di Nusantara abad ke-16.

Barus/Fansur – tempat awal ia mengenal Islam dan tasawuf.

Makkah dan Madinah – untuk memperdalam fikih, hadis, dan tasawuf.

Parsi – mempelajari sastra sufi dan ajaran Ibn Arabi.

Gujerat/India – berinteraksi dengan tarekat sufi yang berkembang di sana.

Guru-guru yang terkenal

Tidak semua nama tercatat, tetapi beberapa yang sering disebut dalam kajian:

Syaikh Syamsuddin al-Sumatrani (murid sekaligus tokoh sekajian yang satu aliran).

Ulama-ulama sufi dari Timur Tengah yang mengikuti ajaran Ibn Arabi.

Guru-guru tarekat dari Persia dan India yang memperkenalkan konsep wahdatul wujud.

Kebanyakan sumber menyebut ia belajar kepada para pengikut sufi Muhyiddin Ibn Arabi dan Abdul Karim al-Jili melalui tradisi dan kitab-kitabnya.

Tantangan terbesar menuntut ilmu pada zamannya

Perjalanan jauh dengan kapal yang sangat berisiko (cuaca buruk, perompak, penyakit).

Akses ilmu terbatas, kerana kitab-kitab masih ditulis tangan.

Perbezaan mazhab dan konflik teologis di Aceh—terutama penentangan terhadap ajaran wahdatul wujud.

Keadaan politik Kesultanan Aceh yang sering berubah sehingga memengaruhi kebebasan ulama.

3. KARYA INTELEKTUAL

Karya penting:

Syair Perahu – perumpamaan perjalanan hidup menuju Tuhan.

Syair Dagang – dunia sebagai persinggahan sementara.

Syair Burung Pingai – pencarian jiwa menuju Tuhan.

Asrar al-'Arifin – risalah tasawuf tentang maqam dan makrifat.

Sharab al-'Asyiqin – ajaran cinta ilahi dalam sufisme.

Pengaruh:

Pelopor sastra sufi Melayu, penyebar awal ajaran wahdatul wujud, dan pembuka tradisi intelektual tasawuf di Nusantara.

4. PERAN DAN KONTRIBUSI GLOBAL

Bidang dikenali:

Tasawuf, sastra sufi, dakwah, dan pemikiran falsafah Islam.

wilayah perjuangan:

Aceh, Barus (Fansur), wilayah Melayu–Sumatra, serta kemungkinan pernah belajar di Timur Tengah.

5. MURID DAN JARINGAN KEILMUAN

Syamsuddin as-Sumatrani – murid utama dan pewaris ajaran wujudiyah.

Abdul Rauf as-Singkili – berada dalam jaringan intelektual yang dipengaruhi Hamzah.

Berikut point 6 dan 7 terkait Hamzah Fansuri, ulama-sufi dan pujangga besar dari Aceh:

6. PERJUANGA DAN KETEGUHAN IMAN

Bentuk perjuangan beliau dalam menghadapi cabaran zamannya:

Hamzah Fansuri berjuang lewat pemikiran dan karya intelektual, bukan peperangan fizikal.

Beliau melakukan revolusi pemikiran dengan memperkenalkan tasawuf Wujudiyah ke dunia Melayu.

Di masa ketika ilmu agama masih didominasi ulama konservatif, beliau berani menyuarakan pemahaman tasawuf yang mendalam, yang kadang dianggap berbeza dan kontroversial.

Keberanian dalam berdakwah:

Beliau menggunakan bahasa Melayu dalam karya-karyanya (syair, prosa), menjadikan ilmu tasawuf dapat difahami masyarakat umum—ini tindakan revolusioner pada zamannya.

Beliau tetap berdakwah melalui syair meski mendapat tekanan daripada sebahagian ulama yang tidak bersetuju dengan pandangan tasawufnya.

Beliau menyuarakan konsep “mengenal Tuhan lewat hati dan penyucian diri,” bukan sekadar lewat teks dan hafalan.

7. NiLAI-NILAI KETELADANAN

Nilai moral, akhlak, dan watak yang menonjol:

1. Cinta ilmu & haus pengetahuan

Beliau berkelana ke berbagai pusat ilmu Islam (seperti Mekkah, Baghdad, Serambi), mencari guru, memperluas wawasan.

2. Keberanian intelektual

Beliau tidak takut membawa pemikiran baru meski berpotensi ditentang—ini menunjukkan integritas dan keyakinan ilmiah yang tinggi.

3. Kerendahan hati & spiritualitas mendalam

Dalam karya-karyanya, tampak kesedaran diri yang rendah di hadapan Allah, dengan ungkapan-ungkapan penuh kesyahduan dan introspeksi.

4. Kreativitas dalam dakwah

Beliau tidak mengajar lewat ceramah saja, tetapi melalui seni sastra — syair, puisi, simbolisme — sebuah cara yang lembut namun kuat dalam menyampaikan pesan iman.

5. Cinta budaya dan bahasa Nusantara

Ia memuliakan bahasa Melayu menjadi bahasa ilmu dan keagamaan, yang menjadi salah satu dasar pembentukannya bahasa Indonesia.

8. RELEVANSI UNTUK GENERASI SEKARANG

Nilai-nilai perjuangan dan keilmuan Hamzah Al-Fansuri dapat diterapkan dalam kehidupan remaja masa kini melalui:

Cinta ilmu dan membaca: Hamzah dikenali sebagai ulama dan sastrawan yang sangat mendalami pengetahuan. Remaja boleh meniru dengan rajin belajar dan terus mengembangkan diri.

Berpikir kritis dan terbuka: Karya-karyanya menunjukkan kemampuan mengolah pemikiran secara mendalam. Ini relevan agar remaja tidak mudah terpengaruh hoaks dan tetap bijak dalam melihat perbezaan.

Menghargai budaya sendiri: Ia memadukan ajaran tasawuf dengan sastra Melayu. Remaja boleh mencontohi dengan tetap bangga pada budaya tempatan sambil mengikuti perkembangan zaman.

Spiritualitas dan moral yang kuat: Ia menekankan hubungan manusia dengan Tuhan. Remaja boleh mengubah teladan untuk menjaga akhlak dan watak.

9. INSPIRASI PRIBADI

Soalan yang ingin saya tanyakan:

"Bagaimana cara menjaga hati agar tetap ikhlas dan tenang di tengah banyaknya cubaan dan perubahan zaman?"

Alasannya:

Soalan ini penting kerana Hamzah Al-Fansuri adalah tokoh tasawuf yang sangat mendalami aspek ketenangan batin. Jawapannya dapat membantu saya memahami cara menjadi peribadi yang lebih sabar, ikhlas, dan kuat menghadapi tekanan hidup sekarang.

10. KARYA KREATIF/PUISI SINGKAT

Puisi pendek tentang Hamzah Al-Fansuri:

Di sunyi samudra ilmu kau berlayar,

Kata menjadi lentera, makna menjadi sauh.

Hamzah, menyanyikan perindu Tuhan yang besar,

Jejakmu menuntun hati agar tak mudah rapuh.

Berita Popular

Advertisement