ULAMA NURRUDIN BIN ALI ARRANIRY

ULAMA NURRUDIN BIN ALI ARRANIRY

1. Asal Usul dan Latar Belakang Nuruddin bin Ali Ar-Raniry

Nuruddin ar-Raniry atau Nūr al-Dīn al-Rānīrī adalah salah satu ulama besar Nusantara pada abad ke-17 yang sangat berpengaruh di Kesultanan Aceh.

Nama lengkap: Syekh Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji al-Hamid ar-Raniry

Disebut ar-Raniry karena berasal dari Ranir (Rander)—sebuah kota pelabuhan di Gujarat, India

Beliau berasal dari keluarga keturunan Hadhrami (Arab Yaman) yang menetap di Gujarat.

Karena itu, latar beliau merupakan gabungan Arab–India–Islam.

keluarganya dikenal sebagai keluarga ulama dan pedagang yang aktif dalam jaringan keilmuan Islam di Samudra Hindia.

ia Wafat di Gujarat, kemungkinan sekitar tahun 1658–1666 M. wafat nya tidak diketahui penyebabnya

2. Awal Pendidikan di Ranir (Gujarat, India)

Di ranur, ia memulai pendidikan agama dengan mempelajari:

Al-Qur’an dan tafsir

Hadis

Fiqih Mazhab Syafi’i

Tasawuf

Ia belajar dari ulama-ulama besar di Gujarat, yang saat itu menjadi pusat perdagangan dan ilmu Islam di Asia Selatan.

lalu Melanjutkan Ilmu ke Timur Tengah

Setelah menuntut ilmu di India, Nuruddin melanjutkan perjalanan ke Mekkah dan Madinah untuk memperdalam ilmu agama.Di sana ia belajar kepada para ulama besar di Tanah Suci, memperluas pemahaman tentang teologi Islam, bahasa Arab, serta ilmu kalam (ilmu tentang akidah).

hingga ia Datang ke Nusantara (Aceh)

Sekitar tahun 1637 M, Nuruddin ar-Raniri berlayar ke Aceh Darussalam.

Di Aceh, ia diterima oleh Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah, dan sebelumnya oleh Sultan Iskandar Tsani (suami sang sultanah).

Di sana, ia berperan sebagai:

Ulama dan penasihat agama kerajaan

Pengajar di lingkungan istana

Penulis produktif dalam bidang tafsir, hadis, fiqih, dan tasawuf

Selama di Aceh, Nuruddin menulis banyak karya penting, antara lain:

Bustanus Salatin, Asrar al-Insan,Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan.

Ia juga menentang ajaran wujudiyah (paham kesatuan wujud) yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani, karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam ortodoks.

Setelah beberapa tahun mengajar dan menulis di Aceh, Nuruddin akhirnya kembali ke India (Ranir) sekitar tahun 1644 M.

Di sana ia melanjutkan dakwah dan penulisan hingga wafat.

3. karya intelektual

pertama di Bidang Fikih & Akidah

Ash-Shirath al-Mustaqim

Kitab fikih mazhab Syafi’i, membahas ibadah, muamalah, dan hukum syariah. Salah satu kitab fikih tertua di Nusantara.

Durrat al-Faraid bi Syarh al-Aqaid

Membahas akidah Islam berdasarkan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

‘Ayn al-Hayat

Buku tentang etika dan tasawuf yang selaras dengan ortodoksi Islam.

kedua di Bidang Tasawuf & Polemik Intelektual

Hujjat al-Siddiq li Daf’ al-Zindiq

Karya terkenal yang mengkritik ajaran wujudiyah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani.

Bustan as-Salatin (Taman Para Raja)

Ensiklopedia besar tentang sejarah, politik, etika, kenabian, dan sosial. Inilah karya magnum opus-nya.

di Bidang Sejarah

Bustan as-Salatin (multi-bab)

Selain aspek moral, juga memuat sejarah para nabi, raja-raja, hingga sejarah Aceh dan dunia Islam.

Tarikh al-Auliya’

Kisah-kisah tokoh sufi dan wali.

di Bidang Dakwah & Literatur Umum

Asrar al-Insan fi Ma’rifat ar-Ruh wa ar-Rahman

Mengulas hakikat ruh, alam gaib, dan pengetahuan ketuhanan.

Ma’ al-Hayat li Ahl al-Mamāt

Membahas kehidupan setelah mati.

Beberapa fatwa, surat, dan risalah dakwah lainnya untuk mendukung kebijakan Sultanah Taj ul-Alam.

4. Nuruddin bin Ali al-Raniri dikenal di dunia internasional sebagai seorang ulama besar dalam bidang

-Fiqih: Beliau dikenal sebagai ahli fiqih yang memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang hukum Islam.

Tafsir: Nuruddin bin Ali al-Raniri juga dikenal sebagai ahli tafsir yang memiliki kemampuan dalam menafsirkan Al-Quran.

-Tasawuf: Beliau juga dikenal sebagai seorang sufi yang memiliki pengetahuan yang luas tentang tasawuf dan spiritualitas Islam.

-Pendidikan: Nuruddin bin Ali al-Raniri berperan dalam menyebarkan ajaran Islam dan pendidikan di Aceh dan wilayah lainnya.

Negara-negara yang pernah menjadi tempat perjuangannya antara lain:

-Aceh, Indonesia

- Mekah, Arab Saudi

- Yemen

- India

5. Murid-Murid Nuruddin ar-Raniry

a. Abu’l Khair ibn Syekh Ismail

Ulama Aceh yang disebut sebagai salah satu penerus ajaran fikih dan tasawuf ar-Raniry.

Mengembangkan kajian tasawuf Sunni setelah polemik wujudiyah.

b. Syekh Abdurauf bin Ali al-Singkili

seorang ulama besar dari Aceh yang dikenal sebagai ahli tafsir, fiqih, dan tasawuf.

c. syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati al-Makasari

seorang ulama dan pejuang yang melawan penjajahan Belanda dan menyebarkan ajaran Islam di Afrika Selatan.

d. Syekh Abdus Samad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani

seorang ulama besar dari Palembang yang dikenal sebagai ahli tasawuf dan fiqih, serta penulis kitab-kitab yang menjadi rujukan di dunia Melayu dan Islam.

e. Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani (Sholeh Darat)*: seorang ulama besar dari Jawa yang menjadi guru dari banyak tokoh penting, termasuk RA Kartini

6. Perjuangan dan keteguhan iman Nuruddin ar-Raniri terlihat dari usahanya menegakkan ajaran Islam yang murni di Aceh. Ia dengan berani menentang paham wujudiyah yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam, meski banyak penentangnya. Ar-Raniri tetap teguh mempertahankan keyakinannya dan berjuang melalui dakwah, tulisan, serta pendidikan untuk meluruskan pemahaman umat. Ia juga menulis banyak kitab agar masyarakat lebih mengenal ajaran Islam yang benar. Keteguhan imannya tercermin dari keberaniannya membela kebenaran walau menghadapi tekanan dan perbedaan pendapat di istana.

7. Nilai-nilai keteladanan yang paling menonjol dari sosok Nuruddin bin Ali al-Raniri adalah:

- Semangat belajar: Nuruddin bin Ali al-Raniri dikenal sebagai seorang ulama yang sangat mencintai ilmu pengetahuan dan memiliki semangat belajar yang tinggi.

- *Kerja keras*: Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat produktif dalam menulis dan menyebarkan ajaran Islam.

- *Rendah hati*: Meskipun memiliki pengetahuan yang luas, Nuruddin bin Ali al-Raniri tetap rendah hati dan tidak sombong.

- *Cinta tanah air*: Beliau memiliki rasa cinta yang kuat terhadap tanah airnya, Aceh, dan berperan dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.

- *Keadilan dan keberanian*: Nuruddin bin Ali al-Raniri dikenal sebagai seorang yang berani dan teguh dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan, bahkan di tengah-tengah tekanan dan tantangan.

8. nilai perjuangan dan keilmuan Nuruddin bin Ali ar-Raniri bagi generasi muda saat ini, beserta cara penerapannya dalam kehidupan remaja

Cinta Ilmu dan Semangat Belajar Seumur Hidup

Nilai dari Ar-Raniri

Beliau belajar dari berbagai pusat ilmu (India, Yaman, Mekkah, Aceh).

Menciptakan banyak karya besar karena kegigihan menuntut ilmu.

Penerapan untuk Remaja

Membiasakan membaca, mencari pengetahuan baru, dan memanfaatkan teknologi untuk belajar.

Mengikuti kelas, kajian, atau pelatihan sesuai minat.

Menumbuhkan rasa ingin tahu dan tidak cepat puas dengan pengetahuan dangkal.

Keberanian Menjaga Nilai Kebenaran

Nilai dari Ar-Raniri

Tegas memperbaiki ajaran yang dianggap menyimpang demi menjaga kemurnian agama.

Berani menyampaikan kebenaran meski menghadapi tantangan.

Penerapan untuk Remaja

Jujur dalam belajar dan bergaul (tidak menyontek, tidak ikut hoaks).

Berani berkata benar walau sendirian dalam lingkungan yang salah.

Menghindari pergaulan buruk meski ada tekanan teman sebaya.

Adaptasi dan Pemikiran Terbuka

Nilai dari Ar-Raniri

Mampu memadukan ilmu dari berbagai tempat (Timur Tengah, India, Nusantara).

Mengajarkan Islam secara bijaksana, tidak menutup diri pada budaya lokal.

Penerapan untuk Remaja

Bersikap terbuka terhadap teknologi dan perkembangan dunia, tapi tetap berpegang pada nilai agama.

Menghargai perbedaan pendapat dan keberagaman teman.

Tidak mudah terprovokasi isu SARA atau perbedaan mazhab.

Produktif dan Berkarya

Nilai dari Ar-Raniri

Menulis lebih dari 30 karya dalam berbagai bidang (fikih, tasawuf, sejarah).

Memberikan kontribusi nyata, bukan hanya teori.

Penerapan untuk Remaja

Mengembangkan kreativitas: menulis, membuat konten positif, berkarya seni, atau berbisnis kecil.

Mengisi waktu luang dengan kegiatan produktif.

Menjaga Akhlak dan Moral

Nilai dari Ar-Raniri

Fokus pada pembersihan akhlak dan perbaikan moral masyarakat.

Mendorong masyarakat hidup lebih baik secara spiritual dan etika.

Penerapan untuk Remaja

Menjaga sopan santun di sekolah, rumah, dan dunia digital.

Tidak melakukan bullying, menjaga tutur kata, menghormati orang tua dan guru.

Berkontribusi untuk Masyarakat

Nilai dari Ar-Raniri

Mengabdikan ilmunya untuk Aceh dan dunia Melayu.

Membantu membangun peradaban melalui pendidikan dan hukum.

Penerapan untuk Remaja

Terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Menjadi remaja yang membawa dampak baik, walau kecil.

9.inspirasi pribadi

Yang menginspirasi dari Nuruddin ar-Raniry adalah ilmunya yang luas, semangat dakwahnya, karya-karya penting seperti Bustanus Salatin, dan keberaniannya membela kebenaran. Semua ini jadi teladan untuk hidup berilmu dan berdampak bagi umat.

pertanyaanku:

Bagaimana cara nuruddin bin ali ar raniny menjaga keikhlasan dalam menuntut dan menyampaikan ilmu, di tengah pujian dan popularitas?

Alasannya:

Pertanyaan ini penting karena di zaman sekarang, ilmu sering disampaikan demi popularitas atau pengakuan. Saya ingin tahu bagaimana Nuruddin bin Ali Ar-Raniry menjaga niatnya tetap lurus karena keikhlasan adalah fondasi utama dalam ilmu agama. Jawabannya bisa jadi pedoman agar saya juga bisa belajar dan berbagi ilmu dengan niat yang benar.

10.karya kreatif klompok

"Ilmu bukan sekadar kata dalam kitab, tapi cahaya yang menuntun hati. Seperti Nuruddin ar-Raniri, berjuanglah dengan pena dan iman agar dunia mengenal kebenaran dari ilmu yang hidup di dada."

Berita Popular

Advertisement